Pada Minggu (18/9/2022) dalam sebuah wawancara TV Biden meberikan pernyataan dikutip dari Reuters "Kami masih memiliki masalah dengan COVID. Kami masih melakukan banyak hal untuk itu. Tetapi pandemi sudah berakhir. Jika Anda perhatikan, tidak ada yang memakai masker. Semua orang tampaknya dalam kondisi yang cukup baik. Jadi saya pikir itu berubah," kata Dia.
Pernyataan tersebut keluar setelah Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus meberikan pernyataan "Kita tidak pernah berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengakhiri pandemi. Kita belum sampai di sana, tapi akhir sudah di depan mata," Pada 14 September 2022.
Menurut Jokowi, keputusan untuk mengakhiri pandemi tidak boleh dilakukan tergesa-gesa dan harus tetap mengutamakan kehati-hatian. "Kalau untuk Indonesia, saya kira kita harus hati-hati, tetap harus waspada tidak usah harus tergesa-gesa, tidak usah harus segera menyatakan bahwa pandemi itu sudah selesai, saya kira hati-hati," ucap Jokowi.
Sikap Jokowi tersebut beralasan karena pihak WHO belum mengeluarkan pernyataan resmi tentang akhir pandemi, mesikupun WHO telah meberikan isyarat bahwa pandemic akan segera berakhir tapi belum bisa dipastikan waktunya.
Perubahan pandemi menjadi endemi untuk di Indonesia belum tahu kapan akan diberlakukan, meski negara lainya telah tak lagi memenuhi prokes. Pihaknya akan terus malkukan pemantauan terhadap perkembangan kasus-kasus yang ada, maka selama itu prokes mesti tetap untuk diterapkan serta terus waspada.
Kemenkes akan terus memantau WHO sebagai refrensi untuk melakukan pemetaan sehingga Indonesia dapat menentukan kapan endemi akan diberlakukan. Ujar Wamenkes Dante Saksono Harbuwono di Gedung MPR/DPR RI, Selasa (20/9/2022)
Dante menanmbahkan bahwa pencapaian vaksin booster masih stagnan di angka 26 persen saja masyarakat yg sudah booster. Hal ini yang membuat kita belum percaya diri untuk merubah status pandemi menjadi endemi di Indonesia. Kita masih perlu melakukan evaluasi karena kasus postif baru masih ada terutama pada anak-anak apalagi sudah sekolah/kulian tatap muka.
Optimis Di sisi lain situasi pandemi Covid-19 di Indonesia dinilai semakin membaik. Menurut Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Erlina Burhan, Indonesia bisa menuju endemi Covid-19 dengan cepat. Erlina menyebutkan sejumlah syarat yang harus dipenuhi agar status pandemi Covid-19 di Indonesia berubah menjadi endemi. Syaratnya, kata dia, mengakselerasi cakupan vaksin booster di atas 50 persen sesuai standar WHO dan disiplin protokol kesehatan, yakni memakai masker seperti yang dianjurkan.
"Saya cukup optimis (terjadi endemi) dengan syarat bahwa cakupan imunisasi booster naik meninggi di atas 50 persen dan masyarakat terbiasa memakai masker, terutama di keramaian dan ruang tertutup," kata Erlina, dalam Talkshow Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang digelar daring, Senin (19/9/2022).
Erlina mengungkapkan, sejauh Ini Indonesia belum memasuki fase endemi lantaran terdapat beberapa indikator yang belum tercapai. Untuk menuju endemi, kata Erlina laju penularan kasus harian harus kurang dari 5 persen, angka kasus aktif kurang dari 5 persen, tingkat kematian (fatality rate) sekitar 2 persen, dan tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy ratio/BOR) kurang dari 5 persen.
Adapun Indonesia, kata Erlina, angka kasus positif masih di kisaran 5,8 persen dan tingkat kematian masih sekitar 2,7 persen. Satu-satunya indikator yang sudah terpenuhi adalah tingkat keterisian tempat tidur di bawah 5 persen.
"Jadi sudah ada salah satu syarat yang terpenuhi. Jadi ini kalau bisa kita penuhi positivity rate-nya rendah, laju transmisi kurang dari 1 persen, BOR kurang dari 5 persen. Ini diamati dalam waktu 6 bulan, kemudian suatu negara bisa mengatakan kita sudah memasuki fase endemi," ujar Erlina.
0 comments:
Post a Comment